My Everything
Tik tik tik.. Tetesan hujan di sore ini mengingatkan ku akan sebuah momen. Di sore itu, hujan yang sangat deras mengguyur kota kecil di Pekanbaru. Terdengar gemuruh serta petir saling bersahutan. Aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Cuaca yang tidak bersahabat saat itu juga memaksaku untuk berteduh selang beberapa waktu.
Ketika berteduh di sebuah warung, aku bertemu teman lama, kami saling bertukar cerita sambil menunggu hujan reda. Kami juga bersenda gurau serta mengulas kembali masa masa sekolah kami. Kami sebenarnya tidak terlalu dekat di bangku sekolah. Tetapi, suasana yang dingin itu membuat pembicaraan kami menjadi lebih hangat
Ditengah obrolan yang hangat, dia memaksaku untuk mengingat masa lalu yang sangat berat untuk dikenang. Dia terbawa kemasa lalu dimana ayah yang sangat dia kagumi meninggalkan dia bersama ibunya. Tanpa tahu apa penyebabnya, beliau meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Sebagai anak yang belum mengerti masalah rumah tangga, dia hanya bisa termangu melihat ibunya bersedih. Setiap malam ibunya berdiam didalam kamar dan menangis. Walaupun belum terlalu paham, tapi dia mengerti perasaan ibundanya selama ayahnya pergi meninggalkan mereka.
Setelah 6 bulan berlalu, dia dan ibundanya mulai bisa menjalani hidup ini tanpa seorang ayah. Mereka selalu berkerja sama dalam segala hal. Dia juga berjanji kepada ibunya, tak akan pernah meninggalkan ibunya sendirian. Namun, di suatu hari, ketika mereka sudah tegar dan tabah. Ayah yang telah lama pergi, datang kembali. Dia awalnya tidak bisa menahan perasaan marah yang meluap luap selama 6 bulan kepergian ayahnya. Tetapi sebagai anak, pasti ada sedikit rasa rindu yang tidak terbendung. Akhirmya, dia memeluk ayahnya dengan sangat erat, seakan tak ingin melepaskan lagi. Dia meminta penjelasan kepada ayahnya. Setelah tau apa yang menyebabkan ayahnya pergi, dia akhirnya memaafkan ayahnya. Karena, sebesar apapun rasa amarah kita kepada orang tua, kita hanyalah seorang anak yang tidak akan bisa membalas budi orang tua kita.