Sabtu, 08 Oktober 2016

My Prose story

Assalamualaikum

Hy guys... I’ll come with story of Milk
This is it....


Never forget you


Waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah mau menunggu. Aku tahu hal itu. Masa lalu akan selalu menjadi masa lalu yang tidak akan pernah kembali. Aku rindu  masa itu. Itu  adalah salah satu kenangan yang tak ingin ku lepas dari ingatanku. Walaupun kenangan itu akan membuat ku selalu meneteskan air mata  di setiap sisa hidupku. Aku akan terus menyimpannya, walau itu berat. Inilah masa laluku.

     Namaku Aliyah Mufia Sholeha. Ayahku memberikan nama itu agar aku menjadi anak yang berakal, pandai, patuh dan soleha. Tapi faktanya aku adalah anak yang keras kepala begitu pula dengan ayahku. Kami memiliki beberapa sifat yang sama sehingga kami sering berbeda pendapat dan saling marah satu sama lain. Aku tahu ayahku tidak bermaksud untuk memarahiku, tetapi aku anak yang mudah terbawa perasaan. Tapi disamping itu, aku tahu beliau menyayangiku lebih dari beliau menyayangi dirinya sendiri.

     Sekarang aku duduk dikelas 3 SMA. Hobiku adalah minum susu. Aku  sangat cinta susu coklat. Tapi aku lebih cinta kepada ayahku. Ya, karna beliau selalu membuatkanku susu coklat dipagi hari. Setiap pagi beliau akan memastikan aku meminum susu buatannya sebelum berangkat sekolah. Sewaktu kecil ayah berkata susu coklat bisa buat aku jadi kuat seperti Superman. Jadi aku selalu minum susu coklat.

     Sabtu pagi itu, ketika ibu sibuk membuat kue aku bangun terlambat. Ayahku mencoba untuk membangunkan aku. “adek, ini udah mau jam setengah 7, adek nggak  sekolah? Nanti terlambat” bujuk ayahku. “iya, ini adek mau bangun kok” jawabku. “cepet mandi sana,” ujarnya. “iya yah, ini bangun kok, tapi kepala adek agak pusing” kataku. “ayah buatin susu ya,” kata ayah. “okedeh, makasih ya ayah,” jawabku.

      Ternyata didapur hanya ada susu putih. Ayah terpaksa membuat susu itu saja agar aku tidak pergi ke sekolah dengan perut kosong.  Tapi aku kesal dengan ayah karna aku tidak suka susu putih. Ayah terus memaksaku untuk meminum susu tersebut. Aku terpaksa meminumnya walau sedikit. Aku memasang wajah cemberut menuju sekolah. Ayah tahu kebiasaanku jika sedang kesal. Jadi beliau hanya tersenyum saja melihat ku dengan wajah super duper kesal.

0 komentar:

Posting Komentar